KENDAL - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bakal memberlakukan aturan baru bagi para siswa untuk melakukan kegiatan menbaca 30 menit sebelum pelajaran pertama dimulai pada tahap awal akan diberlakukan selama 15 menit. Demikian disampaikan Staf Ahli Kemendiknas Satria Darma dalam Seminar Pendidikan " Membangun Budaya Literasi " , Senin ( 25 / 1 ) di Pendopo Pemkab Kendal.
Aturan baru yang akan dijalankan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI untuk meningkatkan dan membiasakan siswa membaca. Rencananya Kemendikbud akan menerapkan program wajib baca untuk membiasakan dan memotivasi siswa agar mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti.
"Kegiatan membaca ini idealnya 30 menit, tahap awal hanya hanya 15 menit ,"ujarnya. Hal itu untuk memicu kebiasaan membaca siswa lebih dulu.
“Nantinya, semua sekolah untuk dapat melakukan kegiatan membaca bagi seluruh siswanya selama 15 menit sebelum pelajaran jam pertama dimulai,” ujar Staf Ahli Kemendiknas Satria Dharma saat Seminar Membangun Budaya Literasi literasi adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan bentuk bahasa tertulis atau kemampuan membaca dan menulis. Hal itu menindaklanjuti Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan Mendikbud Anis Baswedan di Jakarta 18 Agustus 2015.
Dalam materi bertema Literasi Kemajuan Islam dan Bangsa-bangsa Maju Dunia, satria mengatakan literasi adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan bentuk bahasa tertulis atau kemampuan membaca dan menulis. Hal itu menindak lanjuti Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan Mendikbud di Jakarta, 18 Agustus 2015 silam.
"Tujuan gerakan ini adalah untuk membiasakan dan memotivasi siswa agar mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti,"ujarnya.
Masih menurut Satria, Indonesia sudah krisis literasi. Fakta ini berdasarkan hasil survey Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2009, yang menyebutkan budaya membaca masyarakat Indonedia menempati peringkat paling rendah di antara 52 negara Asia Timur.
Juga berdasarkan statistik Unesco pada 2012, jika indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001% atau dari 1000 orang hanya 1 orang yang minat membaca. "Menurut statistik ini, masyarakat Indonesia sudah ketinggalan jauh dalam budaya membaca," katanya.
Dikatakan, bangsa-bangsa yang maju karena budaya membaca di masyarakat cukup tinggi. Satria menceritakan tentang masa-masa kejayaan Islam dibuktikan dengan megahnya perpustakaan dengan koleksi buku yang sangat banyak jumlahnya.
Seminar yang diikuti seluruh Kepala SD, SMP, SMA, SMK se Kabupaten Kendal juga menghadirkan narasumber dari Lembaga penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah, Mumpuono.
Terpisah, Ketua DPRD Kabupaten Kendal, Prapto Utono menyampaikan bahwa ada beberapa catatan prestasi yang diraih Kabupaten Kendal dalam bidang pendidikan. Namun, pemerintah masih harus memikirkan kemajuan yang lebih.
“Keberhasilan Raeni, cukup mengharumkan nama Kendal. Tapi, tidak berhenti di situ, masih banyak yang harus dibenahi. Baik secara fisik maupun sumber daya pendidik,” katanya.
Kemajuan pendidikan, menurutnya, tidak lepas dari kesejahteraan pendidik, terutama yang masih berstatus honorer.
“Kami akan terus memperjuangkan kesejahteraan para guru honorer. Tahun ini sudah ada kenaikan honor, tapi akan tetap kami upayakan lebih supaya pendidikan maju,” tandasnya. ( 03 / heDJ )